SEJARAH BALI
Tonggak awal rentangan masa Bali Kuno, adalah abad ke-8. Atas dasar
itu maka periode sebelum tahun 800 sesungguhnya tidak termasuk masa Bali Kuno.
Gambaran umum periode tersebut diharapkan dapat menjadi landasan pembicaraan
mengenai masa Bali Kuno, sehingga terwujud uraian lebih utuh. Gambaran periode
sebelum tahun 800 itu meliputi masa prasejarah Bali dan berita-berita asing
tentang Bali, khususnya yang berasal dari Cina.
Babak masa prasejarah Bali pada dasarnya sesuai dengan babak masa
prasejarah Indonesia secara keseluruhan. Babak itu meliputi tingkat-tingkat
kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan (baik yang tingkat sederhana maupun
tingkat lanjut), masa bercocok tanam, dan masa perundagian atau kemahiran
teknik.
Sisa-sisa dari kebudayaan paling awal diketahui dengan
penelitian-penelitian yang dilakukan sejak tahun 1960 dengan ditemukan di
Sambiran (Buleleng bagian timur), serta di tepi timur dan tenggara Danau Batur
(Kintamani) alat-alat batu yang digolongkan kapak genggam, kapak berimbas,
serut dan sebagainya. Alat-alat batu yang dijumpai di kedua daerah tersebut
kini disimpan di Museum Gedong Arca di Bedulu, Gianyar.
Kehidupan penduduk pada masa ini adalah sederhana sekali, sepenuhnya
tergantung pada alam lingkungannya. Mereka hidup mengembara dari satu tempat
ketempat lainnya (nomaden). Daerah-daerah yang dipilihnya ialah daerah yang
mengandung persediaan makanan dan air yang cukup untuk menjamin kelangsungan
hidupnya.
Pada masa ini corak hidup yang berasal dari masa sebelumnya masih
berpengaruh. Hidup berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat dialam
sekitar dilanjutkan terbukti dari bentuk alatnya yang dibuat dari batu, tulang
dan kulit kerang. Bukti-bukti mengenai kehidupan manusia pada masa mesolithik
berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu (Badung). Gua ini
terletak di pegunungan gamping di Semenanjung Benoa. Di daerah ini terdapat goa
yang lebih besar ialah Gua Karang Boma, tetapi goa ini tidak memberikan suatu
bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung disana. Dalam penggalian Gua
Selonding ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan
sejumlah alat-alat dari tulang. Di antara alat-alat tulang terdapat beberapa
lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cm yang kedua ujungnya
diruncingkan.
Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tak
mungkin dipisahkan dari usaha manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya pada masa-masa sebelumnya. Masa neolithik amat penting dalam sejarah
perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada masa ini beberapa penemuan
baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat. Penghidupan
mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan makanan
(food producing). Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat
akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan
kebudayaan.
Dalam masa neolithik manusia bertempat tinggal tetap dalam
kelompok-kelompok serta mengatur kehidupannya menurut kebutuhan yang dipusatkan
kepada menghasilkan bahan makanan sendiri (pertanian dan peternakan). Dalam
masa bertempat tinggal tetap ini, manusia berdaya upaya meningkatkan
kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil yang sebesar-besarnya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Pada zaman ini jenis manusia yang mendiami Indonesia dapat diketahui
dari berbagai penemuan sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, yang terpenting
di antaranya adalah temuan-temuan dari Anyer Lor (Banten), Puger (Jawa Timur),
Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumbawa).
Berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia ditandai dengan datangnya
bangsa dan pengaruh Hindu. Pada abad-abad pertama Masehi sampai dengan lebih
kurang tahun 1500, yakni dengan lenyapnya kerajaan Majapahit merupakan
masa-masa pengaruh Hindu. Dengan adanya pengaruh-pengaruh dari India itu
berakhirlah zaman prasejarah Indonesia karena didapatkannya keterangan tertulis
yang memasukkan bangsa Indonesia ke dalam zaman sejarah.
Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah
oleh Kerajaan Bedahulu dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo
Iwa.
Karena ketidakcakapan Raden Agra Samprangan menjadi raja, Raden Samprangan
digantikan oleh Dalem Ketut Ngulesir. Oleh Dalem Ketut Ngulesir, pusat
pemerintahan dipindahkan ke Gelgel. Pada saat inilah dimulai Periode Gelgel dan
Raja Dalem Ketut Ngulesir merupakan raja pertama.
Kerajaan Klungkung sebenarnya merupakan kelanjutan dari Dinasti
Gelgel. Pemberontakan I Gusti Agung Maruti ternyata telah mengakhiri Periode
Gelgel. Hal itu terjadi karena setelah putra Dalem Di Made dewasa dan dapat
mengalahkan I Gusti Agung Maruti, istana Gelgel tidak dipulihkan kembali.
§
Kerajaan Badung, yang kemudian
menjadi Kabupaten Badung.
§ Kerajaan Mengwi, yang kemudian menjadi Kecamatan Mengwi.
§ Kerajaan Bangli, yang kemudian menjadi Kabupaten Bangli.
§ Kerajaan Buleleng, yang kemudian menjadi Kabupaten Buleleng.
§ Kerajaan Gianyar, yang kemudian menjadi Kabupaten Gianyar.
§ Kerajaan Karangasem, yang kemudian menjadi Kabupaten Karangasem.
§ Kerajaan Klungkung, yang kemudian menjadi Kabupaten Klungkung.
§ Kerajaan Tabanan, yang kemudian menjadi Kabupaten Tabanan.
§
Kerajaan Denpasar,yang kemudian
menjadi Kota Madya Denpasar
Pada periode ini mulai masuk intervensi Belanda ke Bali
dalam rangka "pasifikasi" terhadap seluruh wilayah Kepulauan
Nusantara. Dalam proses yang secara tidak disengaja membangkitkan sentimen
nasionalisme Indonesia ini, wilayah-wilayah yang belum ditangani oleh
administrasi Batavia dicoba untuk dikuasai dan disatukan di bawah administrasi.
Belanda masuk ke Bali disebabkan beberapa hal: beberapa aturan kerajaan di Bali
yang dianggap mengganggu kepentingan dagang Belanda, penolakan Bali untuk
menerima monopoli yang ditawarkan Batavia, dan permintaan bantuan dari warga
Pulau Lombok yang merasa diperlakukan tidak adil oleh penguasanya (dari Bali).
Masa ini merupakan masa perlawanan terhadap kedatangan
bangsa Belanda di Bali. Perlawanan-perlawanan ini ditandai dengan meletusnya
berbagai perang di wilayah Bali. Perlawanan-perlawanan tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
§
Perang Buleleng (1846)
§ Perang Jagaraga (1848–1849)
§ Perang Kusamba (1849)
§ Perang Banjar (1868)
§ Puputan Badung (1906)
§
Puputan Klungkung (1908)
Dengan kemenangan Belanda dalam seluruh perang dan
jatuhnya kerajaan Klungkung ke tangan Belanda, berarti secara keseluruhan Bali
telah jatuh ke tangan Belanda.
Sejak kerajaan Buleleng jatuh ke tangan Belanda
mulailah pemerintah Belanda ikut campur mengurus soal pemerintahan di Bali. Hal
ini dilaksanakan dengan mengubah nama raja sebagai penguasa daerah dengan nama
regent untuk daerah Buleleng dan Jembrana serta menempatkan P.L. Van Bloemen
Waanders sebagai controleur yang pertama di Bali.
Pengaruh pendidikan yang didapat, para pemuda pelajar
dan beberapa orang yang telah mendapatkan pekerjaan di kota Singaraja
berinisiatif untuk mendirikan sebuah perkumpulan dengan nama "Suita Gama
Tirta" yang bertujuan untuk memajukan masyarakat Bali dalam dunia ilmu
pengetahuan melalui ajaran agama. Sayang perkumpulan ini tidak burumur panjang.
Kemudian beberapa guru yang masih haus dengan pendidikan agama mendirikan
sebuah perkumpulan yang diberi nama "Shanti" pada tahun 1923.
Perkumpulan ini memiliki sebuah majalah yang bernama "Shanti Adnyana"
yang kemudian berubah menjadi "Bali Adnyana".
Setelah melalui beberapa pertempuran, tentara Jepang
mendarat di Pantai Sanur pada tanggal 18 dan 19 Februari 1942. Dari arah Sanur
ini tentara Jepang memasuki kota Denpasar dengan tidak mengalami perlawanan
apa-apa. Kemudian, dari Denpasar inilah Jepang menguasai seluruh Bali.
Mula-mula yang meletakkan dasar kekuasaan Jepang di Bali adalah pasukan
Angkatan Darat Jepang (Rikugun). Kemudian, ketika suasana sudah stabil
penguasaan pemerintahan diserahkan kepada pemerintahan sipil.
Menyusul Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada tanggal
23 Agustus 1945, Mr. I Gusti Ketut Puja tiba di Bali dengan membawa mandat
pengangkatannya sebagai Gubernur Sunda Kecil. Sejak kedatangan dia inilah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Bali mulai disebarluaskan sampai ke
desa-desa. Pada saat itulah mulai diadakan persiapan-persiapan untuk mewujudkan
susunan pemerintahan di Bali sebagai daerah Sunda Kecil dengan ibu kotanya
Singaraja.
Pada waktu staf MBO berada di desa Marga, I Gusti
Ngurah Rai memerintahkan pasukannya untuk merebut senjata polisi NICA yang ada
di Kota Tabanan. Perintah itu dilaksanakan pada 18 November 1946 (malam hari)
dan berhasil baik. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya dapat direbut dan
seorang komandan polisi NICA ikut menggabungkan diri kepada pasukan Ngurah Rai.
Setelah itu pasukan segera kembali ke Desa Marga. Pada 20 November 1946 sejak
pagi-pagi buta tentara Belanda mulai mengadakan pengurungan terhadap Desa
Marga. Kurang lebih pukul 10.00 pagi mulailah terjadi tembak-menembak antara
pasukan Nica dengan pasukan Ngurah Rai.
Pada tanggal 7 sampai 24 Desember 1946, Konferensi
Denpasar berlangsung di pendopo Bali Hotel. Konferensi itu dibuka oleh Hubertus
Johannes van Mook yang bertujuan untuk membentuk Negara Indonesia Timur (NIT)
dengan ibu kota Makassar (Ujung Pandang).
Agresi militer yang pertama terhadap pasukan
pemeritahan Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta dilancarakan
oleh Belanda pada tanggal 21 Juli 1947. Belanda melancarkan lagi agresinya yang
kedua 18 Desember 1948. Pada masa agresi yang kedua itu di Bali terus-menerus
diusahakan berdirinya badan-badan perjuangan bersifat gerilya yang lebih
efektif.
Pada 12 Oktober 2002, terjadi pengeboman di Kuta yang
menyebabkan sekitar 202 orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka. Sebagian
besar korban meninggal adalah warga Australia dan Indonesia.
No comments:
Post a Comment