As a result, we have decided to pursue other candidates who more closely fit our needs
Itu adalah kalimat yang masuk ke emailku hari ini wkwkwkwkwk.
Hai, aku mau curhat aja nih tentang pengalaman lamar kerja di salah satu startup di Indonesia. Dia ini startup di bidang logistik. Ya, semacam shipping company namun dia klaim bahwa merupakan aplikasi pintar, teknologi, dan sebagainya. Hmmm saya paham kok si company ini bergerak di bidang apa. You just complicate yourselves.
Jadi awalnya, aku ini kan jobseeker ya, sejak Juli kemarin gara-gara sesuatu. Lalu, sekitar minggu lalu hari Senin/Selasa aku apply di perusahaan ini. Dia sedang membuka lowongan untuk Customer Service Agent penempatan di kantor pusat Jakarta. Karena aku memang sedang ingin masuk di dunia CS, jadilah aku apply. Awalnya ragu-ragu karena terlihat ribet. Dan memang nyatanya ribet hahaha.
Dia posting lowongan kerja melalui LinkedIn, ada juga di Jobstreet. Kalian tau kan fitur easy apply di LinkedIn, nah dia itu tidak mau menerima yang hanya klik easy apply. Ada syarat-syarat lamaran yang harus diikuti. Hal itu berujung aku harus apply pekerjaannya melalui email.
Dengan persyaratan yang super ribet. Aku juga harus menjawab banyak sekali pertanyaan yang detail dan banyak dan detail haduh. Kenapa sih.
Aku sudah effort banyak nih menjawab pertanyaan dari dokumen yang dia suruh. Lalu ku kirim melalui email beserta beberapa berkas lainnya seperti CV, transkip nilai, dsb. Nah dan sorenya aku mendapatkan balasan untuk melampirkan detail pengalaman kerjaku setelah lulus kuliah.
Oke, sorenya aku langsung mengirimkan dokumen yang dia minta lagi. Lalu keesokan sorenya mereka membalas emailku dan mengirim BANYAK SEKALI tes tertulis. Aku engga tau lagi, dia mau ngadain berapa kali tahap tes sih.
Serius demi apa, ini adalah salah satu pengalaman apply kerja yang sangat ribet, wasting time, dan tidak fokus ke skill aja. Ibaratnya kita sekolah di SMK jurusan DKV tapi dikejar untuk bisa matematika, fisika, kimia, ekonomi, dll hehe.
Tapi karena aku sedang butuh ya aku kerjain aja tuh soal dari mereka. Aku sampai begadang semalam sampai paginya masih aku kerjain. Soalnya banyak banget dan riweuh, udah seperti tes masuk kedokteran aja. Dari semua soal tersebut tidak ada satupun yang membahas masalah posisi yang diapply, misalkan apa yang kamu ketahui tentang posisi Customer Service? Bagaimana menghadapi customer, dan sebagainya. Itu tidak ada cuy. Heran aku. Malah dia lebih fokus ke pertanyaan-pertanyaan yang menurutku kurang cocok ditanyakan pada tahap awal sekali.
Aku melalui tes tertulis kedua dengan susah payah, karena ada tes excel juga, banyak pula, banyak banget. Psikotes juga banyak banget soalnya sampai aku pusing.
Belum lagi dia ngasih soal sendiri terpisah di body email dan harus aku kerjakan dan submit sebelum deadline. Sangat-sangat hihhhh
Lalu, dia jawab kalau ada beberapa jawabanku salah dan diminta untuk perbaiki. Baiklah aku revisi dan kirim ulang semua berkas yang dia minta. Nah setelah itu dia masih nanya lagi ke aku, katanya ada yang belum dijawab. Aku bingung, aku berpikir mungkin kurang detail apa ya, kurang ini itu apa ya. Jadilah aku kirim ulang jawabanku yang menurutku itu sudah benar.
Setelah 3 hari terlewati (weekend dan hari Senin) akhirnya pada hari ini sore tadi aku mendapat email dan ada kalimat di atas sendiri tertuliskan disana.
WKWKWKWK gila engga sih. Ini perusahaan maunya apa sih. Tes tertulis bejibun nan ribet berujung tidak lolos ke tahap selanjutnya yaitu wawancara.
Ngomongin soal tertulis yang dia kirim, itu soal super duper banyak, dan detail. Gila banget pokoknya. Lumayan wasting time wkwk. Setidaknya kalau interview dulu itu kan lebih oke gitu daripada tes tertulis banyak banget gini ujung-ujungnya tidak dapat kesempatan interview. Kalau interview dulu kan setidaknya kita tidak begitu effort di awal. Alangkah baiknya interview HR terlebih dahulu baru setelah lolos maka diminta untuk tes tertulis banyak pun tidak masalah.
Sangat sangat melelahkan, itu tadi pengalaman apply kerja di salah satu startup logistik Indonesia yaa. Cuma mau sharing sharing aja aku haha.
Aku sangat menghargai perusahaan yang fokus pada skill dan motivasi kandidat. Bukan lebih ke sisi akademis si kandidat. Seharusnya perusahaan melihat bagaimana motivasi dan kondisi calon kandidat tersebut. Apakah bisa dikembangkan, dibina, diupgrade, dsb. Bukan mencari manusia dengan spek ultraman.