PANCASILA &
PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT,
BERBANGSA, DAN BERNEGARA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh :
1.
C ( )
2.
I ( )
3.
Lulu Aundhia
Allam ( )
4.
N ( )
5.
U ( )
SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING ( STBA ) LIA
YOGYAKARTA
2017
KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan, taufik
serta hidayah-Nya
sehingga waktu yang singkat kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Pendidikan Pancasila dengan pembahasan Pancasila & Paradigma
Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, karena
sedikitnya wawasan/pandangan kami, namun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat
menyajikan sebuah makalah
yang baik.
Akhirnya kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah terdapat kelebihan dan
kekurangan. Untuk itu kami
harap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Untuk itu kami berharap makalah ini dapat berguna sebagai
tambahan ilmu pengetahuan bagi kami khususnya dan pembaca atau pada umumnya.
Yogyakarta,
13
Desember 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul………………………………............................................................................
|
1
|
Kata Pengantar………………………………………………………........................................
|
2
|
|
|
BAB I
|
|
Pendahuluan...............................................................................................................................
|
4
|
|
|
BAB II
|
|
Pembahasan...............................................................................................................................
A.
Pengertian Pancasila
& Paradigma...............................................................................
B.
Karakter Kebangsaan
Indonesia....................................................................................
C.
Aktualisasi Pancasila
dalam Kehidupan........................................................................
D.
Masyarakat Madani.......................................................................................................
E.
Globalisasi....................................................................................................................
|
5
5
5
8
9
11
|
|
|
BAB III
|
|
Penutup...................................................................................................................................
A.
Kesimpulan.................................................................................................................
B.
Daftar Pustaka.............................................................................................................
|
14
14
14
|
|
|
|
|
Seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin mengglobal menyebabkan masyarakat Indonesia
sedikit demi sedikit meninggalkan nilai-nilai pancasila yang dulu selalu dipakai
dalam kehidupan sehari-hari dalam pembangunan nasional maupun dalam
bermasyarakat. Tidak hanya budaya asli Indonesia yang semakin lama semakin
memudar, tetapi juga tingkat kebersamaan warga negara Indonesia dalam bersosial
atau bermasyarakat yang kini mulai lebih ke individualisme seperti budaya
masyarakat luar negeri dan meninggalkan budaya leluhur bangsa Indonesia sendiri
yang lebih untuk bergotong-royong sehingga memudarkan atau bahkan merapuhkan
rasa nasionalisme yang ada pada diri bangsa Indonesia sendiri.
Baru-baru ini ada banyak
masalah atau pertanyaan yang sangat mendasar yang itu ditujukan untuk pribadi
bangsa Indonesia sendiri dimana pancasila apakah sudah benar-benar diterapkan
warga negara Indonesia baik dari kalangan masyarakatnya maupun dari kalangan
pejabatnya yang pada umumnya terletak dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara dan pada khusunya terletak dalam kehidupan social politik pada
bangsa Indonesia itu sendiri. Banyak statement
yang mengatakan bahwa pancasila saat ini masih belum dapat dikatakan sebagai
paradigma yang sukses membangun negara ini atau bahkan pancasila sendiri juga
belum mapu menerangkan paradigma dalam pembangunan Indonesia sendiri. Kenapa
hal ini sampai bisa terjadi? Lalu bagaimana sebenarnya peranan pancasila itu
sendiri dalam hal pembangunan nasional? Mengapa pancasila belum mampu menjadi
paradigma dalam pembangunan nasional?
Hal inilah yang mendorong
kami untuk membahas pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara. Bukankah kita sebagai warga negara Indonesia yang baik
dan bijak harusnya mampu mengamalkan atau mengaktualisasikan pancasila dalam
kehidupan kita sehari-hari? Bukankah mengamalkan atau mengaktualisasikan
pancasila itu sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara? Lalu bagaimana
sikap kita yang sekarang ini yang lebih menjauhkan diri dari nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila itu sendiri? Kenapa bangsa Indonesia lebih mudah
meniru dari kebiasaan orang barat daripada menerapkan apa yang telah ditetapkan
pancasila dalam kehidupan kita? Lalu bagaimana sikap kita sebagai generasi
penerus bangsa yang katanya kita akan menjadi pemimpin selanjutnya atau yan
akan menggantikan para pemimpin kita saat ini jika kita tidak menerapkan
pancasila sejak dini.
1.
Pengertian Pancasila dan
Paradigma
Pengertian Pancasila
Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi negara Indonesia. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara. Pancasila merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mementingkan semua komponen dari Sabang sampai Merauke.
Pengertian Paradigma
Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.
Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi negara Indonesia. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara. Pancasila merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mementingkan semua komponen dari Sabang sampai Merauke.
Pengertian Paradigma
Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.
2.
Karakter Kebangsaan Indonesia
Pembangunan karakter bangsa
merupakan gagasan besar yang dicetuskan para pendiri bangsa karena sebagai
bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan nuansa kedaerahan yang
kental, bangsa Indonesia membutuhkan kesamaan pandangan tentang budaya dan
karakter yang holistik sebagai bangsa. Hal itu sangat penting karena menyangkut
kesamaan pemahaman, pandangan, dan gerak langkah untuk mewujudkan kesejahteraan
dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan
Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter yang berlandaskan falsafah
Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila
secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Bangsa
yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama
dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan
kepercayaannya kepada orang lain.
2.
Bangsa
yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam
pengakuan atas persamaan derajat,hak, dan kewajiban; saling mencintai; tenggang
rasa; tidak semena-mena; terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
3.
Bangsa
yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan
kesatuan
Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
4. Bangsa
yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Karakter
kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan
masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain;
mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
5. Bangsa
yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain
dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Membangun
karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina,
memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi
pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah
laku yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Ciri-ciri
karakter bangsa Indonesia :
1.
Saling
menghormati & saling menghargai
2.
Rasa
kebersamaan & tolong menolong
3.
Rasa
persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa
4.
Rasa
peduli dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara
5.
Adanya
moral, akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama
6.
Adanya
perilaku dalam sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati & saling
menguntungkan
7.
Adanya
kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai-nilai agama,
nilai-nilai hukum dan nilai-nilai budaya
8.
Sikap
dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebangsaan.
Nilai-nilai
yang membangun bangsa Indonesia :
1.
Nilai
Kejuangan
2.
Nilai
Semangat
3.
Nilai
Kebersamaan / Gotong royong
4.
Nilai
Kepedulian / Solidaritas
5.
Nilai
Sopan santun
6.
Nilai
Persatuan & Kesatuan
7.
Nilai
Kekeluargaan
8.
Nilai
Tanggung Jawab
Faktor-faktor
dalam membangun karakter bangsa Indonesia :
1.
Ideologi
2.
Politik
3.
Ekonomi
4.
Sosial
Budaya
5.
Agama
6.
Normatif
( Hukum &Peraturan Perundangan )
7.
Pendidikan
8.
Lingkungan
9.
Kepemimpinan
3.
Karakter Nasional
Apakah karakter nasional itu dan seperti apakah karakter nasional bangsa Indonesia?
Karakter nasional adalah salah satu dari sembilan unsur kekuatan nasional tak
kasat mata (intangible) suatu bangsa (Morgenthau, terj.,1990). Sebagai salah
satu kekuatan nasional, karakter nasional harus dipelihara dan senantiasa
direvitalisasi agar selalu bisa menjadi inspirasi, pengobar semangat dan mampu
berfungsi sebagai human capital sebuah bangsa karena karakter nasional
menentukan ketahanan nasional bangsa yang bersangkutan.
Secara definitif karakter nasional adalah kualitas psikologis yang dimiliki
secara kolektif oleh sekelompok masyarakat. Istilah ini sering digunakan secara
bergantian dengan nilai-nilai inti (core values), yaitu dapat dipercaya/amanah
(trustworthiness), hormat (respect),tanggungjawab (responsibility), kejujuran
(fairness), kasih sayang (caring), dan kewarganegaraan (citizenship)
4.
Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan
Aktualisasi
Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif dan
subyektif. Aktualisasi Pancasila
obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan
kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif
maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya
seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang,
GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya. Adapun aktualisasi Pancasila subyektif adalah
aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam
kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subyektif
tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara,
penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu
mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung
dalam Pancasila. Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, antara
lain:
1. Mewujudkan kehidupan beriman dan bertakwa.
Perwujudan sikap
beriman dan bertakwa di dalam keluarga antara lain:
· Rajin dan taat beribadah;
· Mendengarkan nasihat oreng tua untuk selalu menaati
ajaran agama;
· Memberi teladan sebagai umat beragama yang shalih;
· Berupaya menciptakan suasana keluarga yang tentram
dan damai; dan
· Membina sikap jujur, adil, sabar, dan murah hati.
Sedangkan
perwujudan di dalam sekolah antara lain:
· Waktu belajar ataupun keluarga lainnya dimulai dan
diakhiri dengan berdoa;
· Menunjukkan teladan bagaimana hidup yang baik
sebagai orang beragama;
· Menghargai guru dan mematuhi tata tertib di sekolah;
· Membina sikap peduli sesama teman; dan
· Bersikap jujur, tekun, dan mau menolong tanpa
pamrih.
Sementara
perwujudan sikap beriman dan bertakwa di dalam masyarakat antara lain :
· Menciptakan suasana damai yang menjamin penghayatan
hidup beragama;
· Membantu warga yang tertimpa musibah;
· Turut berperan dalam perayaan hari besar agama;
· Membina sikap hormat-menghormati;
· Tolong menolong dan gotong royong, dan
silahturrahmi; dan
· Berpartisipasi dalam pembangunan ibadah.
2. Tenggang rasa dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Artinya,
pengakuan akan persamaan derajat, harkat dan martabat terhadap manusia itu
mengandung tututan bagi kita untuk menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan terciptanya sikap kerukunan dan sikap saling menghargai di antara sesama
warga.
3. Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat
Rakyat dari
berbagai kalangan berani mengorbankan harta benda bahkan nyawa untuk merebut
dan mempertahankan kemerdekaan dan hendaknya kita rela mengorbankan kepentingan
pribadi dan kepentingan umum.
4. Suka bermusyawarah
Bangsa Indonesia
mempunyai cara yang khas untuk menyelasaikan masalah bersama yang dinamakan
musyawarah untuk mufakat. Sebagai bangsa Indonesia, kita menjujung tinggi
persamaan derajat manusia. Oleh karena itu, pendapat setiap orang perlu kita
hargai. Sebaiknya orang lain pun menghargai pendapat kita.
5. Bekerja keras.
Manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa. Manusia dianugerahi akal budi dan
berbagai lainnya. Keistimewaan itu harus diterima manusia dengan tanggung
jawab. Artinya, manusia harus memanfaatkan kemampuannya untuk membangun dunia
dengan cara bekerja keras. Melalui kerja keras, manusia memperlihatkan
keluhuran martabatnya sebagai ciptaan Tuhan.
5.
Masyarakat Madani
Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil
society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu civitas
dei yang artinya kota Illahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata
civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban (Gellner
seperti yang dikutip Mahasin 1995). Oleh sebab itu, kata civil society dapat
diartikan sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah
berperadaban maju. Konsepsi seperti ini, menurut Madjid: seperti yang dikutip
Mahasin (1995), pada awalnya lebih merujuk pada dunia Islam yang ditunjukkan
oleh masyarakat kota Arab.
Gellner (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani akan
terwujud keika terjadi tatanan masyarakat yang harmonis, yang bebas dari
eksploitasi dan penindasan pendek kata, masyarakat madani ialah kondisi suatu
komunitas yang jauh dari monopoli kebenaran dan kekuasaan. Kebenaran dan
kekuasaan adalah milik bersama. Setiap anggota masyarakat madani tidak bisa ditekan,
ditakut-takuti, dianggu kebebasannya, semakin dijauhkan dari demokrasi, dan
sejenisnya. Oleh karena itu, perjuangan menuju masyarakat madani pada hakikatnya
merupakan proses panjang dan produk sejarah yang abadi, dan perjuangan melawan
kezaliman dan dominasi para penguasa menjadi ciri utama masyarakat madani.
Masyarakat madani timbul karena faktor-faktor :
a.
Adanya
penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai) masyarakat dalam seala
bidang agar patuh dan taat pada penguasa. Tidak adanya keseimbangan dan
pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang
mencakup seluruh aspek kehidupan. Adanya monopoli dan pemuastan salah satu
aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat, karena secara esensial
masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang
ditetapkan pemerintah.
b.
Masyarakat
diasumsikan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan yang baik (bodoh)
dibandingkan dengan penguasa (pemerintah). Warga negara tidak memiliki
kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya. Sementara,
demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani
dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Demokratis berarti masyarakatyang berinteraksi dengan masyarakat
sekitarnya.tanpa mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasyarat demokrasi ini
banyak dikemukakan oleh pakar yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan
demokrasi (demokratis) di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan
seperti politik, sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi.
c.
Adanya
usaha membatasi ruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan politik. Keadaan
ini sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat, karena pada
ruang politik yang bebaslah individu berada dalam posisi yang setara, dan akan
mampu melakukan transaksitransaksi politik tanpa ada kekhawatiran.
Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani,
yaitu :
1.
Diakuinya
semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang
tidak dapat dielakkan, sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu
kaidah yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati
(given) dalam kehidupan. Pluralismebertujuan mencerdaskan umat melalui
perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya
kreativitas, yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu
hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah perbedaan yang
kosmopolit akan tercipta manakala manusia memiliki sikap inklusif, dan
mempunyai kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.
Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameterparameter otentik agama
tetap terjaga.
2.
Tingginya
sikap toleransi. Baik terhadap saudara sesame agama maupun terhadap umat agama
lain. Secara sederhana toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar,
dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu,
Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama tidak sematamata mempertahankan
kelestariannya sebagai sebuah agama. Namun, juga mengakui eksistensi agama lain
dengan memberinya hak hidup berdampingan, dan saling menghormati satu sama
lain.
3.
Tegaknya
prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan, demokrasi
adalah pula suatu pilihan untuk bersama-sama membangun, dan memperjuangkan
perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahteran. Masyarakat madani mempunyai
ciri-ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi, hidup berdasarkan sains dan
teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern dan progresif,
mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak dan moral yang baik, mempunyai
pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, dan menentukan nasib masa
depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam
faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1.
Adanya
perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan pandapatan masyarakat,
dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan.
2.
Tumbuhnya
intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki komitmen untuk
independent.
3.
Terjadinya
persegeran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistic menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.
4.
Berkembangnya
pluralisme dalam kehidupan yang beragam
5.
Adanya
partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik
6.
Adanya
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan.
6. Globalisasi
Definisi Globalisasi adalah suatu proses yang menyeluruh
atau mendunia dimana setiap orang tidak terikat oleh negara atau batas-batas
wilayah, artinya setiap individu dapat terhubung dan saling bertukar informasi
dimanapun dan kapanpun melalui media elektronik maupun cetak. Pengertian
globalisasi menurut bahasa yaitu suatu proses yang mendunia. Globalisasi dapat
menjadikan suatu negara lebih kecil karena kemudahan komunikasi antarnegara
dalam berbagai bidang seperti pertukaran informasi dan perdagangan.
Faktor-faktor Penyebab Globalisasi :
·
Perkembangan
teknologi informasi komunikasi yang berperan untuk kemudahan dalam transaksi
ekonomi antar negara.
·
Kerja
sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-kesepakatan
antarnegara yang terjalin dengan erat.
·
Majunya
ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah dalam jasa
transport dan pengiriman barang keluar negeri.
Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan
keunikan serta ciri khas yang berbeda jika dibandingkan dengan budaya dari
negara-negara lain. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam
tersebut, seharusnya dapat dijadikan sebagai suatu kebanggaan sekaligus tantangan
untuk dapat dipertahankan serta diwarisi kepada generasi selanjutnya.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman yang
ditandai dengan semakin derasnya arus globalisasi, perlahan budaya asli
Indonesia mulai terlupakan. Akibatnya, tidak jarang bangsa Indonesia khususnya
kaum muda lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilainya lebih moderen
(kekinian) dibandingkan dengan budaya lokal.
Perkembangan Zaman
Ketika Pancasila yang telah ditetapkan sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia dihadapkan pada banyaknya persoalan
yang mendera bangsa Indonesia, terlebih dengan semakin cepatnya perkembangan
zaman yang diimbangi oleh derasnya arus globalisasi. Pengaruh masuknya budaya
asing di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang dikuti tanpa adanya
penyaringan kaidah, merupakan salah satu penyebab semakin terkikisnya
nilai-nilai Pancasila dan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
Pancasila seakan terlupakan sebagai sebuah dasar negara
dan ideologi nasional yang seharusnya dijunjung tinggi oleh semua masyarakat
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya tindakan dan perilaku
masyarakat Indonesia yang jauh dari nilai-nilai yang mencerminkan Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia.
Dari beberapa dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi
yang tidak mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, dapat dilihat pada
beberapa aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Hal tersebut
terlihat dari perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan
konsumtif, pudarnya nilai-nilai gotong royong, munculnya sikap individualisme,
dan terbentuknya sikap materialistis serta sekularisme. Selain itu, arus
globalisasi seakan telah mampu menciptakan hubungan interpersonal masyarakat
Indonesia menjadi lebih individualistik, mementingkan diri sendiri, dan
pragmatis.
Bangsa Indonesia kini cenderung pragmatis sebagai akibat
dari pengaruh persoalan gaya hidup global yang sudah merasuk ke dalam kesadaran
pola hidup mereka. Selain itu, pemahaman nasionalisme bangsa mulai berkurang,
di saat negara membutuhkan soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong,
sebagian kecil masyarakat terutama yang ada di perkotaan justru lebih
mengutamakan kelompok, golongannya, bahkan negara lain dibandingkan kepentingan
negaranya.
Tantangan Globalisasi
Di era globalisasi, dunia ibarat menjadi sebuah komunitas
global yang hidup dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, tidak
memandang apakah negara tersebut maju atau berkembang, desa atau pun kota,
semuanya akan saling berinteraksi. Globalisasi ibarat sebuah keniscayaan waktu
yang mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap negara manapun dibelahan bumi
ini, tidak terkecuali oleh bangsa Indonesia. Ia mampu memberikan paksaan kepada
setiap negara untuk membuka diri dalam segala bidang kehidupan, seperti
ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, setiap negara
dituntut untuk selalu lebih maju mengikuti setiap perkembangan demi
perkembangan, yang terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Pihak yang diuntungkan
dalam situasi tersebut, tentunya adalah negara-negara maju yang memiliki
tingkat kemapanan dan kemampuan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara berkembang.
Selain itu, globalisasi mampu menciptakan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia.
Akibatnya, tidak jarang banyak pengaruh yang masuk dari luar baik yang memiliki
nilai positif maupun negatif. Perkembangan globalisasi, mampu memberikan
pengaruh yang besar terhadap nilai-nilai yang telah berkembang di masyarakat.
Bahkan dalam konteks yang lebih luas, globalisasi mampu menghancurkan
nilai-nilai yang telah ada di masyarakat, seperti nilai sosial-budaya,
ideologi, agama, politik, dan ekonomi.
Globalisasi telah memberikan tantangan baru yang mau
tidak mau harus di hadapi dan di sikapi oleh semua elemen masyarakat. Era
keterbukaan sudah mulai mengakar kuat di era globalisasi seperti sekarang ini,
sehingga identitas nasional adalah salah satu bagian mutlak yang harus dipegang
agar tidak hilang dan terbawa arus globalisasi. Untuk dapat mengatasi
dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari globalisasi tersebut, maka
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara harus tetap menjadi pijakan
dalam bersikap karena Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara dan
ideologi nasional bangsa Indonesia, memiliki posisi yang abadi di dalam jiwa
bangsa Indonesia.
“Permasalahan yang paling utama dihadapi oleh Pancasila
terutama mengenai masalah penghayatan dan pengamalannya”.
Bab
III. Penutup
Kesimpulan
Dari semua pemaparan yang telah kami jelaskan, maka dapat
ditarik kesimpulan atas penjelasan makalah kami tentang Pancasila Sebagai
Paradigma Dalam Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara, bahwa:
1.
Pancasila
yang merupakan dasar negara bagi bangsa Indonesia, mengakibatkan pancasila juga
sebagai paradigma dalam setiap pembangunan kehidupan Indonesia itu sendiri.
Dimana, paradigma adalah sebuah asumsi-asumsi teoritis yang umum dan mendasar
(yang merupakan sumber-sumber suatu nilai) sehingga merupakan sumber metode dan
hukum serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang dapat menentukan ciri, sifat
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga dengan pancasila
digunakan sebagai paradigma dalam pembangunan kehidupan bermasyarakat berbangsa
dan bernegara diharapkan mampu meningkatkan harkat dan martabat warga
negaranya.
2.
Pancasila
sebagai paradigma pembangunan nasional sama dengan nilai-nilai yang ada pada
pancasila yang berdasarkan pada sila-sila pancasila sehingga penerapan
pancasila memang ditujukan untuk kepentingan kemansuiaan dan keadilan bagi
seluruh warga negara Indonesia. Pancasila sebagai paradigma sangat berpengaruh
di bidang pembangunan, antara lain dalam bidang pembangunan Politik, dalam
bidang pembangunan Ekonomi, dalam bidang Sosial Budaya dan dalam bidang
pembangunan Hukum.
Kritik dan Saran
Berdasarkan pemaparan materi yang telah disampaikan, kami
tahu bahwa pancasila sebagai paradigma perlu dukungan secara konkrit dari
seluruh lapisan warga negaranya, maka
kami sebagai warga negara Indonesia harus mampu menjunjung tinggi
nilai-nilai pancasila dan mengamalkan sila-sila pancasila dengan setulus hati
dan dengan rasa penuh tanggung jawab. Sehingga, dengan dijadikannya pancasila
sebagai paradigma pembangunan diharapkan mampu mensejahterakan warga negara
Indonesia dan mampu menciptakan keadilan bagi seluruh warga negara Indonesia
dan Pancasila tidak dijadikan sebagai
alat kekuasaan yang digunakan untuk mendominasi rakyat dan sebagai pelanggeng
kedudukan pada kekuasaannya.
Daftar Pustaka