Wednesday, May 30, 2018

Makalah - PANCASILA & PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA


PANCASILA & PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Pancasila









Disusun Oleh  :
1.     C                   (  )
2.     I       (  )
3.     Lulu Aundhia Allam                          (  )
4.     N                         (  )
5.     U                                    (  )



SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING  ( STBA ) LIA
YOGYAKARTA
2017


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan, taufik serta hidayah-Nya sehingga waktu yang singkat kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Pancasila dengan pembahasan Pancasila & Paradigma Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, karena sedikitnya wawasan/pandangan kami, namun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan sebuah makalah yang baik.
Akhirnya kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah terdapat kelebihan dan kekurangan. Untuk itu kami harap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Untuk itu kami berharap makalah ini dapat berguna sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi kami khususnya dan pembaca atau pada umumnya.


Yogyakarta, 13 Desember 2017




Penyusun




DAFTAR ISI

                                                                                                                                            
Halaman Judul………………………………............................................................................ 
1

Kata Pengantar………………………………………………………........................................


2


BAB I

Pendahuluan...............................................................................................................................
4


BAB  II

Pembahasan...............................................................................................................................
A.    Pengertian Pancasila & Paradigma...............................................................................
B.    Karakter Kebangsaan Indonesia....................................................................................
C.    Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan........................................................................
D.    Masyarakat Madani.......................................................................................................
E.     Globalisasi....................................................................................................................
5
5
5
8
9
11


BAB  III

Penutup...................................................................................................................................
A.    Kesimpulan.................................................................................................................
B.    Daftar Pustaka.............................................................................................................
14
14
14




 Bab I. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal menyebabkan masyarakat Indonesia sedikit demi sedikit meninggalkan nilai-nilai pancasila yang dulu selalu dipakai dalam kehidupan sehari-hari dalam pembangunan nasional maupun dalam bermasyarakat. Tidak hanya budaya asli Indonesia yang semakin lama semakin memudar, tetapi juga tingkat kebersamaan warga negara Indonesia dalam bersosial atau bermasyarakat yang kini mulai lebih ke individualisme seperti budaya masyarakat luar negeri dan meninggalkan budaya leluhur bangsa Indonesia sendiri yang lebih untuk bergotong-royong sehingga memudarkan atau bahkan merapuhkan rasa nasionalisme yang ada pada diri bangsa Indonesia sendiri.
Baru-baru ini ada banyak masalah atau pertanyaan yang sangat mendasar yang itu ditujukan untuk pribadi bangsa Indonesia sendiri dimana pancasila apakah sudah benar-benar diterapkan warga negara Indonesia baik dari kalangan masyarakatnya maupun dari kalangan pejabatnya yang pada umumnya terletak dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara dan pada khusunya terletak dalam kehidupan social politik pada bangsa Indonesia itu sendiri. Banyak statement yang mengatakan bahwa pancasila saat ini masih belum dapat dikatakan sebagai paradigma yang sukses membangun negara ini atau bahkan pancasila sendiri juga belum mapu menerangkan paradigma dalam pembangunan Indonesia sendiri. Kenapa hal ini sampai bisa terjadi? Lalu bagaimana sebenarnya peranan pancasila itu sendiri dalam hal pembangunan nasional? Mengapa pancasila belum mampu menjadi paradigma dalam pembangunan nasional?
Hal inilah yang mendorong kami untuk membahas pancasila sebagai paradigma dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Bukankah kita sebagai warga negara Indonesia yang baik dan bijak harusnya mampu mengamalkan atau mengaktualisasikan pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari? Bukankah mengamalkan atau mengaktualisasikan pancasila itu sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara? Lalu bagaimana sikap kita yang sekarang ini yang lebih menjauhkan diri dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri? Kenapa bangsa Indonesia lebih mudah meniru dari kebiasaan orang barat daripada menerapkan apa yang telah ditetapkan pancasila dalam kehidupan kita? Lalu bagaimana sikap kita sebagai generasi penerus bangsa yang katanya kita akan menjadi pemimpin selanjutnya atau yan akan menggantikan para pemimpin kita saat ini jika kita tidak menerapkan pancasila sejak dini.


 Bab II. Pembahasan
1.     Pengertian Pancasila dan Paradigma
Pengertian Pancasila
 
           Pancasila adalah landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila merupakan ideologi bagi negara Indonesia. Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan negara. Pancasila merupakan kesepakatan bersama bangsa Indonesia yang mementingkan semua komponen dari Sabang sampai Merauke.


Pengertian Paradigma
            Secara etimologis, istilah paradigma pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai sebuah pandangan atau pun cara pandang yang digunakan untuk menilai dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun perspektif umum berupa cara – cara untuk menjabarkan berbagai macam permasalahan dunia nyata yang sangat kompleks.

2.     Karakter Kebangsaan Indonesia

Pembangunan karakter bangsa merupakan gagasan besar yang dicetuskan para pendiri bangsa karena sebagai bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa dengan nuansa kedaerahan yang kental, bangsa Indonesia membutuhkan kesamaan pandangan tentang budaya dan karakter yang holistik sebagai bangsa. Hal itu sangat penting karena menyangkut kesamaan pemahaman, pandangan, dan gerak langkah untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Tujuan

            Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.            Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
Karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.

2.            Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Karakter kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat,hak, dan kewajiban; saling mencintai; tenggang rasa; tidak semena-mena; terhadap orang lain; gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

3.            Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan
Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau golongan; rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

4.       Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
Karakter kerakyatan seseorang tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara; tidak memaksakan kehendak kepada orang lain; mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

5.       Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
Karakter berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Membangun karakter adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina, memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik berdasarkan nilai-nilai Pancasila.



Ciri-ciri karakter bangsa Indonesia :
1.               Saling menghormati & saling menghargai
2.               Rasa kebersamaan & tolong menolong
3.               Rasa persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa
4.               Rasa peduli dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara
5.               Adanya moral, akhlak yang dilandasi oleh nilai-nilai agama
6.               Adanya perilaku dalam sifat-sifat kejiwaan yang saling menghormati & saling menguntungkan
7.               Adanya kelakuan dan tingkah laku yang senantiasa menggambarkan nilai-nilai agama, nilai-nilai hukum dan nilai-nilai budaya
8.               Sikap dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebangsaan.

Nilai-nilai yang membangun bangsa Indonesia :
1.               Nilai Kejuangan
2.               Nilai Semangat
3.               Nilai Kebersamaan / Gotong royong
4.               Nilai Kepedulian / Solidaritas
5.               Nilai Sopan santun
6.               Nilai Persatuan & Kesatuan
7.               Nilai Kekeluargaan
8.               Nilai Tanggung Jawab

Faktor-faktor dalam membangun karakter bangsa Indonesia :
1.               Ideologi
2.               Politik
3.               Ekonomi
4.               Sosial Budaya
5.               Agama
6.               Normatif ( Hukum &Peraturan Perundangan )
7.               Pendidikan
8.               Lingkungan
9.               Kepemimpinan



3.     Karakter Nasional
Apakah karakter nasional itu dan seperti apakah karakter nasional bangsa Indonesia? Karakter nasional adalah salah satu dari sembilan unsur kekuatan nasional tak kasat mata (intangible) suatu bangsa (Morgenthau, terj.,1990). Sebagai salah satu kekuatan nasional, karakter nasional harus dipelihara dan senantiasa direvitalisasi agar selalu bisa menjadi inspirasi, pengobar semangat dan mampu berfungsi sebagai human capital sebuah bangsa karena karakter nasional menentukan ketahanan nasional bangsa yang bersangkutan.
Secara definitif karakter nasional adalah kualitas psikologis yang dimiliki secara kolektif oleh sekelompok masyarakat. Istilah ini sering digunakan secara bergantian dengan nilai-nilai inti (core values), yaitu dapat dipercaya/amanah (trustworthiness), hormat (respect),tanggungjawab (responsibility), kejujuran (fairness), kasih sayang (caring), dan kewarganegaraan (citizenship)
4.     Aktualisasi Pancasila dalam Kehidupan
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif dan subyektif. Aktualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lainnya.  Adapun aktualisasi Pancasila subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subyektif tersebut tidak terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan dan Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila. Aktualisasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain:
1.     Mewujudkan kehidupan beriman dan bertakwa.
Perwujudan sikap beriman dan bertakwa di dalam keluarga antara lain:
·       Rajin dan taat beribadah;
·       Mendengarkan nasihat oreng tua untuk selalu menaati ajaran agama;
·       Memberi teladan sebagai umat beragama yang shalih;
·       Berupaya menciptakan suasana keluarga yang tentram dan damai; dan
·       Membina sikap jujur, adil, sabar, dan murah hati.
Sedangkan perwujudan di dalam sekolah antara lain:
·       Waktu belajar ataupun keluarga lainnya dimulai dan diakhiri dengan berdoa;
·       Menunjukkan teladan bagaimana hidup yang baik sebagai orang beragama;
·       Menghargai guru dan mematuhi tata tertib di sekolah;
·       Membina sikap peduli sesama teman; dan
·       Bersikap jujur, tekun, dan mau menolong tanpa pamrih.
Sementara perwujudan sikap beriman dan bertakwa di dalam masyarakat antara lain :
·       Menciptakan suasana damai yang menjamin penghayatan hidup beragama;
·       Membantu warga yang tertimpa musibah;
·       Turut berperan dalam perayaan hari besar agama;
·       Membina sikap hormat-menghormati;
·       Tolong menolong dan gotong royong, dan silahturrahmi; dan
·       Berpartisipasi dalam pembangunan ibadah.
2.     Tenggang rasa dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Artinya, pengakuan akan persamaan derajat, harkat dan martabat terhadap manusia itu mengandung tututan bagi kita untuk menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan terciptanya sikap kerukunan dan sikap saling menghargai di antara sesama warga.
3.     Rela berkorban dalam kehidupan masyarakat
Rakyat dari berbagai kalangan berani mengorbankan harta benda bahkan nyawa untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan dan hendaknya kita rela mengorbankan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
4.     Suka bermusyawarah
Bangsa Indonesia mempunyai cara yang khas untuk menyelasaikan masalah bersama yang dinamakan musyawarah untuk mufakat. Sebagai bangsa Indonesia, kita menjujung tinggi persamaan derajat manusia. Oleh karena itu, pendapat setiap orang perlu kita hargai. Sebaiknya orang lain pun menghargai pendapat kita.
5.     Bekerja keras.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa. Manusia dianugerahi akal budi dan berbagai lainnya. Keistimewaan itu harus diterima manusia dengan tanggung jawab. Artinya, manusia harus memanfaatkan kemampuannya untuk membangun dunia dengan cara bekerja keras. Melalui kerja keras, manusia memperlihatkan keluhuran martabatnya sebagai ciptaan Tuhan.

5.     Masyarakat Madani
Masyarakat madani berasal dari bahasa Inggris, civil society. Kata civil society sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan society yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization yang berarti peradaban (Gellner seperti yang dikutip Mahasin 1995). Oleh sebab itu, kata civil society dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota, yakni masyarakat yang telah berperadaban maju. Konsepsi seperti ini, menurut Madjid: seperti yang dikutip Mahasin (1995), pada awalnya lebih merujuk pada dunia Islam yang ditunjukkan oleh masyarakat kota Arab.
Gellner (1995) menyatakan bahwa masyarakat madani akan terwujud keika terjadi tatanan masyarakat yang harmonis, yang bebas dari eksploitasi dan penindasan pendek kata, masyarakat madani ialah kondisi suatu komunitas yang jauh dari monopoli kebenaran dan kekuasaan. Kebenaran dan kekuasaan adalah milik bersama. Setiap anggota masyarakat madani tidak bisa ditekan, ditakut-takuti, dianggu kebebasannya, semakin dijauhkan dari demokrasi, dan sejenisnya. Oleh karena itu, perjuangan menuju masyarakat madani pada hakikatnya merupakan proses panjang dan produk sejarah yang abadi, dan perjuangan melawan kezaliman dan dominasi para penguasa menjadi ciri utama masyarakat madani.
Masyarakat madani timbul karena faktor-faktor :
a.      Adanya penguasa politik yang cenderung mendominasi (menguasai) masyarakat dalam seala bidang agar patuh dan taat pada penguasa. Tidak adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Adanya monopoli dan pemuastan salah satu aspek kehidupan pada satu kelompok masyarakat, karena secara esensial masyarakat memiliki hak yang sama dalam memperoleh kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
b.     Masyarakat diasumsikan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan yang baik (bodoh) dibandingkan dengan penguasa (pemerintah). Warga negara tidak memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya. Sementara, demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana masyarakat madani dalam menjalani kehidupan, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Demokratis berarti masyarakatyang berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya.tanpa mempertimbangkan suku, ras dan agama. Prasyarat demokrasi ini banyak dikemukakan oleh pakar yang mengkaji fenomena masyarakat madani. Bahkan demokrasi (demokratis) di sini dapat mencakup sebagai bentuk aspek kehidupan seperti politik, sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi.
c.      Adanya usaha membatasi ruang gerak dari masyarakat dalam kehidupan politik. Keadaan ini sangat menyulitkan bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat, karena pada ruang politik yang bebaslah individu berada dalam posisi yang setara, dan akan mampu melakukan transaksitransaksi politik tanpa ada kekhawatiran.
Ada tiga karakteristik dasar dalam masyarakat madani, yaitu :
1.     Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan, sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan. Pluralismebertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas, yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah perbedaan yang kosmopolit akan tercipta manakala manusia memiliki sikap inklusif, dan mempunyai kemampuan (ability) menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameterparameter otentik agama tetap terjaga.
2.     Tingginya sikap toleransi. Baik terhadap saudara sesame agama maupun terhadap umat agama lain. Secara sederhana toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar, dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shihab (2000) menyatakan bahwa tujuan agama tidak sematamata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama. Namun, juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup berdampingan, dan saling menghormati satu sama lain.
3.     Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekedar kebebasan dan persaingan, demokrasi adalah pula suatu pilihan untuk bersama-sama membangun, dan memperjuangkan perikehidupan warga dan masyarakat yang semakin sejahteran. Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi, hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak dan moral yang baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, dan menentukan nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1.     Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan pandapatan masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan.
2.     Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki komitmen untuk independent.
3.     Terjadinya persegeran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistic menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.
4.     Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam
5.     Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik
6.     Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan.

6.     Globalisasi
Definisi Globalisasi adalah suatu proses yang menyeluruh atau mendunia dimana setiap orang tidak terikat oleh negara atau batas-batas wilayah, artinya setiap individu dapat terhubung dan saling bertukar informasi dimanapun dan kapanpun melalui media elektronik maupun cetak. Pengertian globalisasi menurut bahasa yaitu suatu proses yang mendunia. Globalisasi dapat menjadikan suatu negara lebih kecil karena kemudahan komunikasi antarnegara dalam berbagai bidang seperti pertukaran informasi dan perdagangan.
Faktor-faktor Penyebab Globalisasi  :
·       Perkembangan teknologi informasi komunikasi yang berperan untuk kemudahan dalam transaksi ekonomi antar negara.
·       Kerja sama ekonomi Internasional yang memudahkan terjadinya kesepakatan-kesepakatan antarnegara yang terjalin dengan erat.
·       Majunya ilmu pengetahuan pada teknologi transportasi yang mempermudah dalam jasa transport dan pengiriman barang keluar negeri.

Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dengan keunikan serta ciri khas yang berbeda jika dibandingkan dengan budaya dari negara-negara lain. Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat beranekaragam tersebut, seharusnya dapat dijadikan sebagai suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk dapat dipertahankan serta diwarisi kepada generasi selanjutnya.
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan semakin derasnya arus globalisasi, perlahan budaya asli Indonesia mulai terlupakan. Akibatnya, tidak jarang bangsa Indonesia khususnya kaum muda lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilainya lebih moderen (kekinian) dibandingkan dengan budaya lokal.
Perkembangan Zaman
Ketika Pancasila yang telah ditetapkan sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia dihadapkan pada banyaknya persoalan yang mendera bangsa Indonesia, terlebih dengan semakin cepatnya perkembangan zaman yang diimbangi oleh derasnya arus globalisasi. Pengaruh masuknya budaya asing di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang dikuti tanpa adanya penyaringan kaidah, merupakan salah satu penyebab semakin terkikisnya nilai-nilai Pancasila dan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.

Pancasila seakan terlupakan sebagai sebuah dasar negara dan ideologi nasional yang seharusnya dijunjung tinggi oleh semua masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya tindakan dan perilaku masyarakat Indonesia yang jauh dari nilai-nilai yang mencerminkan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia.
Dari beberapa dampak yang ditimbulkan oleh globalisasi yang tidak mencerminkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, dapat dilihat pada beberapa aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Hal tersebut terlihat dari perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan konsumtif, pudarnya nilai-nilai gotong royong, munculnya sikap individualisme, dan terbentuknya sikap materialistis serta sekularisme. Selain itu, arus globalisasi seakan telah mampu menciptakan hubungan interpersonal masyarakat Indonesia menjadi lebih individualistik, mementingkan diri sendiri, dan pragmatis.
Bangsa Indonesia kini cenderung pragmatis sebagai akibat dari pengaruh persoalan gaya hidup global yang sudah merasuk ke dalam kesadaran pola hidup mereka. Selain itu, pemahaman nasionalisme bangsa mulai berkurang, di saat negara membutuhkan soliditas dan persatuan hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat terutama yang ada di perkotaan justru lebih mengutamakan kelompok, golongannya, bahkan negara lain dibandingkan kepentingan negaranya.
Tantangan Globalisasi
Di era globalisasi, dunia ibarat menjadi sebuah komunitas global yang hidup dan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, tidak memandang apakah negara tersebut maju atau berkembang, desa atau pun kota, semuanya akan saling berinteraksi. Globalisasi ibarat sebuah keniscayaan waktu yang mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap negara manapun dibelahan bumi ini, tidak terkecuali oleh bangsa Indonesia. Ia mampu memberikan paksaan kepada setiap negara untuk membuka diri dalam segala bidang kehidupan, seperti ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, setiap negara dituntut untuk selalu lebih maju mengikuti setiap perkembangan demi perkembangan, yang terkadang jauh dari sebuah keteraturan. Pihak yang diuntungkan dalam situasi tersebut, tentunya adalah negara-negara maju yang memiliki tingkat kemapanan dan kemampuan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
Selain itu, globalisasi mampu menciptakan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia. Akibatnya, tidak jarang banyak pengaruh yang masuk dari luar baik yang memiliki nilai positif maupun negatif. Perkembangan globalisasi, mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap nilai-nilai yang telah berkembang di masyarakat. Bahkan dalam konteks yang lebih luas, globalisasi mampu menghancurkan nilai-nilai yang telah ada di masyarakat, seperti nilai sosial-budaya, ideologi, agama, politik, dan ekonomi.

Globalisasi telah memberikan tantangan baru yang mau tidak mau harus di hadapi dan di sikapi oleh semua elemen masyarakat. Era keterbukaan sudah mulai mengakar kuat di era globalisasi seperti sekarang ini, sehingga identitas nasional adalah salah satu bagian mutlak yang harus dipegang agar tidak hilang dan terbawa arus globalisasi. Untuk dapat mengatasi dampak-dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari globalisasi tersebut, maka Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara harus tetap menjadi pijakan dalam bersikap karena Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara dan ideologi nasional bangsa Indonesia, memiliki posisi yang abadi di dalam jiwa bangsa Indonesia.
“Permasalahan yang paling utama dihadapi oleh Pancasila terutama mengenai masalah penghayatan dan pengamalannya”.



Bab III. Penutup
Kesimpulan
Dari semua pemaparan yang telah kami jelaskan, maka dapat ditarik kesimpulan atas penjelasan makalah kami tentang Pancasila Sebagai Paradigma Dalam Kehidupan Bermasyarakat Berbangsa dan Bernegara, bahwa:
1.     Pancasila yang merupakan dasar negara bagi bangsa Indonesia, mengakibatkan pancasila juga sebagai paradigma dalam setiap pembangunan kehidupan Indonesia itu sendiri. Dimana, paradigma adalah sebuah asumsi-asumsi teoritis yang umum dan mendasar (yang merupakan sumber-sumber suatu nilai) sehingga merupakan sumber metode dan hukum serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang dapat menentukan ciri, sifat serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Sehingga dengan pancasila digunakan sebagai paradigma dalam pembangunan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara diharapkan mampu meningkatkan harkat dan martabat warga negaranya.
2.     Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional sama dengan nilai-nilai yang ada pada pancasila yang berdasarkan pada sila-sila pancasila sehingga penerapan pancasila memang ditujukan untuk kepentingan kemansuiaan dan keadilan bagi seluruh warga negara Indonesia. Pancasila sebagai paradigma sangat berpengaruh di bidang pembangunan, antara lain dalam bidang pembangunan Politik, dalam bidang pembangunan Ekonomi, dalam bidang Sosial Budaya dan dalam bidang pembangunan Hukum.
Kritik dan Saran
Berdasarkan pemaparan materi yang telah disampaikan, kami tahu bahwa pancasila sebagai paradigma perlu dukungan secara konkrit dari seluruh lapisan warga negaranya, maka  kami sebagai warga negara Indonesia harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila dan mengamalkan sila-sila pancasila dengan setulus hati dan dengan rasa penuh tanggung jawab. Sehingga, dengan dijadikannya pancasila sebagai paradigma pembangunan diharapkan mampu mensejahterakan warga negara Indonesia dan mampu menciptakan keadilan bagi seluruh warga negara Indonesia dan  Pancasila tidak dijadikan sebagai alat kekuasaan yang digunakan untuk mendominasi rakyat dan sebagai pelanggeng kedudukan pada kekuasaannya.
Daftar Pustaka

Pengalaman Apply Kerja di salah satu startup logistic di Indonesia

  As a result, we have decided to pursue other candidates who more closely fit our needs Itu adalah kalimat yang masuk ke emailku hari ini w...